Siti Sholihah Ari Susanti - SMP Negeri 3 Ungaran
CGP Angkatan 10 Kelas 198 Kab. Semarang
Dalam perjalanan saya selama 4 bulan ke belakang di Program Guru Penggerak dan saat ini sudah masuk ke modul 3.1, saya telah diajak untuk mengeksplorasi lebih dalam makna sejati dari pendidikan, yang tidak hanya terbatas pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moralitas siswa. Kutipan dari Bob Talbert, "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik," menyoroti pentingnya membekali murid dengan nilai-nilai yang akan membimbing mereka dalam kehidupan. Hal ini mencerminkan esensi dari modul yang saya pelajari, di mana pendidikan dipandang sebagai sarana untuk mengembangkan individu secara holistik—tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga kaya akan nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita pegang memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan yang kita buat, yang pada gilirannya memengaruhi lingkungan di sekitar kita. Sebagai pendidik, saya menyadari bahwa keputusan yang diambil berdasarkan prinsip-prinsip yang kuat, seperti integritas, keadilan, dan empati, tidak hanya membentuk suasana belajar yang positif tetapi juga memberi contoh kepada siswa tentang pentingnya bertindak dengan pertimbangan etika. Keputusan yang saya buat, baik dalam hal metode pengajaran maupun interaksi dengan murid, haruslah mencerminkan nilai-nilai tersebut agar dapat menciptakan dampak yang positif dan langgeng.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, peran saya melibatkan tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa setiap keputusan yang saya ambil berkontribusi pada pertumbuhan dan kesejahteraan siswa. Saya harus mempertimbangkan tidak hanya aspek akademis tetapi juga perkembangan emosional dan moral murid. Keputusan-keputusan ini, seperti dalam memilih pendekatan pengajaran yang inklusif atau menetapkan aturan yang mendukung pembelajaran kolaboratif, berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif bagi setiap murid untuk berkembang sesuai potensinya.
Kutipan dari Hegel, "Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis," memperkuat pandangan bahwa pendidikan harus menanamkan nilai-nilai moral yang kokoh dalam diri siswa. Dalam modul ini, saya belajar bahwa pendidikan yang baik tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual tetapi juga membentuk karakter yang mampu membedakan antara yang benar dan salah. Ini berarti bahwa setiap interaksi dan kebijakan dalam kelas harus mencerminkan nilai-nilai etika yang ingin kita tanamkan kepada murid.
Selain itu, filosofi Ki Hajar Dewantara, khususnya dengan konsep Pratap Triloka yang menekankan pada Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), sangat relevan dalam penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin. Filosofi ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus mampu memberikan teladan yang baik, memotivasi dari tengah, dan mendukung dari belakang, yang semuanya memerlukan pengambilan keputusan yang bijaksana dan berlandaskan pada nilai-nilai etika.
Dalam kaitannya dengan kegiatan ‘coaching’ yang dilakukan oleh pendamping atau fasilitator, saya belajar bahwa proses pengambilan keputusan dapat diperbaiki dan dipertajam melalui refleksi dan diskusi mendalam. Sesi coaching membantu saya untuk mengevaluasi apakah keputusan yang saya ambil sudah tepat dan sesuai dengan nilai-nilai yang saya pegang, atau apakah ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Proses ini membantu saya untuk lebih sadar akan dampak keputusan saya terhadap lingkungan belajar dan bagaimana saya dapat terus memperbaiki diri sebagai pemimpin pembelajaran.
Dalam aspek pengelolaan sosial emosional, kemampuan seorang guru untuk memahami dan mengelola emosinya sendiri sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Kesadaran akan emosi dan bagaimana emosi tersebut dapat mempengaruhi keputusan memungkinkan saya untuk lebih objektif dan adil dalam menilai situasi, yang pada akhirnya berkontribusi pada terciptanya lingkungan belajar yang lebih kondusif.
Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga kembali mengingatkan saya tentang pentingnya memiliki landasan nilai yang kuat sebagai pendidik. Setiap keputusan yang saya buat haruslah mencerminkan nilai-nilai yang saya anut dan memberikan contoh yang baik bagi murid. Dengan begitu, saya tidak hanya mendidik mereka secara intelektual, tetapi juga membantu mereka mengembangkan kesadaran moral yang akan membimbing mereka dalam kehidupan.
Pengambilan keputusan yang tepat jelas berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, aman, dan nyaman. Ini berarti bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, saya harus selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan yang saya buat. Tantangan dalam lingkungan saya mungkin melibatkan resistensi terhadap perubahan atau adanya perbedaan pandangan, tetapi dengan pendekatan yang bijaksana dan berlandaskan pada nilai-nilai yang kuat, saya percaya bahwa saya dapat mengatasi tantangan tersebut dan menciptakan perubahan yang positif.
Dalam hal pengajaran yang memerdekakan murid, pengambilan keputusan yang bijak sangatlah penting. Saya harus mampu melihat potensi unik setiap murid dan menyesuaikan metode pengajaran yang sesuai untuk membantu mereka berkembang. Ini mencakup pemahaman tentang perbedaan individu dan bagaimana keputusan yang saya buat dapat memberdayakan mereka untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, keputusan yang saya buat tidak hanya mempengaruhi proses belajar di kelas tetapi juga dapat memengaruhi masa depan murid. Oleh karena itu, saya harus selalu berhati-hati dan berpikir jauh ke depan dalam setiap keputusan yang saya ambil, memastikan bahwa keputusan tersebut membantu siswa untuk menjadi individu yang tidak hanya sukses secara akademis tetapi juga memiliki integritas dan moralitas yang kuat.
Kesimpulan akhir dari modul ini, yang menghubungkan dengan modul-modul sebelumnya, menekankan bahwa pemahaman yang mendalam tentang etika dan nilai-nilai adalah kunci dalam pengambilan keputusan yang efektif sebagai pemimpin. Konsep-konsep seperti dilema etika, bujukan moral, empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengujian keputusan semuanya memberikan kerangka kerja yang membantu saya untuk lebih bijaksana dalam mengambil keputusan yang berpengaruh besar terhadap lingkungan belajar dan masa depan siswa.
Sebelum mempelajari modul ini, saya mungkin pernah mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilema moral, tetapi melalui modul ini, saya mendapatkan pemahaman yang lebih terstruktur dan mendalam tentang bagaimana menghadapi situasi semacam itu dengan lebih efektif. Perubahan cara pandang dan pendekatan ini telah membantu saya menjadi lebih reflektif dan kritis dalam mengambil keputusan.
Mempelajari topik ini sangat penting bagi saya, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin, karena memberikan saya wawasan baru dan alat yang lebih baik untuk mengelola situasi kompleks dalam pendidikan. Pemahaman ini juga memberi saya keyakinan lebih besar dalam mengambil keputusan yang tidak hanya adil tetapi juga berlandaskan pada nilai-nilai etika yang akan membawa dampak positif bagi murid dan lingkungan belajar secara keseluruhan.